Senin, 22 Mei 2017

Tawadhu

Masalah kita justru dimulai saat kita merasa memberi terlalu banyak. Biasanya berlanjut dengan anggapan bahwa kita menerima terlalu sedikit. Lalu lahirlah tuntutan atas hak, dengan disertai beberkan daftar pengorbanan kita.

Saat itu juga, ikhlas kehilangan kekuatan. Hidup menjadi adonan hambar, jual beli pengorbanan yang naif. Kita tiba-tiba berubah menjadi sekumpulan bocah tanpa malu, berebut harga diri, padahal sejak kita "merasa" telah berkorban terlalu banyak itu, diri mungkin tak lagi berharga.

Mungkin memang harus duduk diam sesaat, menunduk saja. Menghadirkan kerendahan hati. Benarlah batu mulia terkeras itu ada di dasar bumi terdalam. Demikian pula hati.

Merendahlah. Merendahlah.
Mengalahlah.

Masalah selesai dengan merendah. Karena saat hujan peluru itu, tiarap akan menyelamatkan. Berdiri gagah pongah yang membuat terbunuh.

Bekasi, 20/03/2017
Poetoe

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...