Begitu banyak waktu telah kita habiskan bersama. Namun
sebanyak apa pun, aku masih merasa kurang. Karena aku lelaki manja,
sebisa mungkin pilihan yang ku ambil adalah tak jauh dirimu.
Memang
harus aku akui, walau tak jauh, aku sering juga terlihat terlalu asyik
dengan duniaku, tanpamu. Tapi tak lama aku akan kembali kehausan. Karena
bersamamu itu perigi, penyembuh dahaga hati. Seringkali ini menjadi
bebanmu, karena dalam istirah itu, aku justru menjadi menyebalkan.
Melepas luka lelah itu tak mudah. Maafkan aku.
Saat kau letih
olehku, aku sedih. Karena kau rehatku, sementara aku justru menjadi
bebanmu. Aku malu, tak pernah cukup baik untukmu.
Mungkin ini
justru berkah, saat terbuka ruang yang luas untuk terus berusaha.
Bukankah yang dinilai itu adalah usahanya? Sehingga ladang kumpulkan
nilai itu lebih banyak tersedia untuk aku punguti.
Aku selalu
berharap, kau mau bersabar. Beri waktu untuk terus berbenah. Dan pintaku
jangan tunggu aku selesai berbenah baru kau bahagia... bahagialah
sekarang juga. Bahagia dalam proses, bukan pada hasil.
Jakarta-Bekasi, 05/04/2017
Poetoe
karena kata adalah awal dunia; butuh ruang untuk memelihara "kata" sejak ada di "pikiran", "lisan", bahkan "tulisan".
Senin, 22 Mei 2017
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Buku MADILOG, Materialisme, Dialektika dan Logika adalah buku karya Tan Malaka yang kaya. Berisi banyak pengetahuan. Tak kebayang buku ini...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
Pertama menukil dari surat Kartini, tanggal 15 Agustus 1902, kepada Estelle Zeehandelaar: " Kami berhak untuk tidak menjadi bodoh.. ...
-
Mau tahu seperti apa siang ini menyapa? Ia dan matahari tenang, angin sopan membelai, dan aroma tanah basah harum menyeruak ke pangkal hidun...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar