Ada yang bilang, saat macet di tol ikuti saja bis besar. Karena sopirnya punya ruang pandang yang lebih jauh daripada kendaraan kecil. Cara pandang yang jauh ke depan membuat sopir lebih tahu mana jalur yang lebih macet mana yang lebih lancar. Demikianlah pemimpin, visinya harus luas dan jauh ke depan. Sehingga tepat mengukur hambatan di masa depan, juga potensi bangsanya. Pandangan yang lebih luas dan lebih jauh membuat semua jadi lebih terencana, juga lebih optimis jalani program. Tidak picik dan parsial dalam memandang satu masalah.
Pemimpin yang visioner itu mengarahkan yang dipimpinnya ke arah yang sesuai visi. Dia butuh mandor yang mengawasi. Mandor sang manajer pengawasan itulah yang bertugas blusukan, memastikan program sang pemimpin masih berjalan sesuai visi. Memang kita semua pemimpin, sesuai kapasitasnya. Kapasitas mandor tetaplah dibutuhkan di level manajer penyelia. Namun di posisi tertinggi tetaplah ia yang memiliki visi yang jauh dan strategik bukan sekedar mandor pengawas yang teknis dan mikroskopik.
karena kata adalah awal dunia; butuh ruang untuk memelihara "kata" sejak ada di "pikiran", "lisan", bahkan "tulisan".
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Buku MADILOG, Materialisme, Dialektika dan Logika adalah buku karya Tan Malaka yang kaya. Berisi banyak pengetahuan. Tak kebayang buku ini...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
Pertama menukil dari surat Kartini, tanggal 15 Agustus 1902, kepada Estelle Zeehandelaar: " Kami berhak untuk tidak menjadi bodoh.. ...
-
Mau tahu seperti apa siang ini menyapa? Ia dan matahari tenang, angin sopan membelai, dan aroma tanah basah harum menyeruak ke pangkal hidun...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar