Kadang kita mengenal kata “lupa” sebagai fitrah manusia yang cenderung merepotkan kita, padahal sebenarnya “lupa” adalah bagian nikmat yang Allah berikan kepada manusia. Terbayang, jika kita hidup tanpa pernah lupa, betapa penuhnya otak kita. Jika penuh oleh kenangan indah mungkin tak mengapa, tapi bukankah kenangan itu ada pula “mimpi buruk”?... dan pada kenyataannya, mimpi buruk justru lebih sulit dilupakan. Kita tidak akan berbincang tentang lupa, namun justru sebaliknya tentang ingatan. Tentang aktifitas kita yang membawa kita ke “belakang”, dan kita sering menyebutnya dengan nama “reuni”.
Reuni itu...
Reuni adalah sarana berkomunikasi dengan masa lalu. Kita dipertemukan kembali dengan orang-orang yang pernah bersama kita di hari-hari lalu. Dengan bertemu, lalu berbincang, mau nggak mau... otak kita berfikir tentang hari-hari dulu. Otak terlempar ke belakang, kadang rasa pun terbawa. Yang seringkali mengganggu adalah masalah-masalah kita di hari lalu kembali muncul. Kadang hati tiba-tiba saja ngilu. Menyesali langkah-langkah keliru kita di masa lalu. Padahal apa untungnya coba? Tapi namanya juga rasa, sapalah yang bisa menyalahkan? Jadi ada benarnya juga, jika reuni itu dianggap sekedar kegenitan kita bermain-main dengan ingatan akan kenangan.
Mungkin masalahnya ada pada “menyesalinya saja”, jika kita sempurnakan dengan “memperbaikinya”, maka reuni itu kita perlakukan sebagai sarana menjemput kembali pengalaman masa lalu yang berserakan, untuk kita susun kembali dalam kerangka solusi, dan perbaikan di sana sini. Jadi reuni bukan untuk mencongkel luka lama, melainkan mengobati luka sebagai bagian dari peningkatan kualitas hidup kita. Seperti firman Allah, dalam Surah Al-Hasyr, ayat 18: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Beberapa teman berpendapat, "reuni" itu penting dalam rangka menyambung silaturahiem. Hmmm, dengan dalih ini... berarti "reuni" itu bisa menyelamatkan kita dari status "Orang-orang fasiq" dan "orang-orang yang merugi" seperti firman Allah dalam QS Al-Baqoroh, ayat 27 "(yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya [-silaturahiem] dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi." Ayat ini menjelaskan penggalan ayat sebelumnya tentang orang-orang Fasiq. Namun jangan lupa, re-silaturahmi tidak memandang posisi kita sekarang. Semoga bukan jadi ajang pamer pencapaian, karena Allah menciptakan kita berbeda-beda... QS Al-Hujuraat ayat 13, "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal."
Berarti paling tidak, ada dua hal yang bisa kita bawa sebagai bekal saat berangkat ke "reuni": (1) Semangat menjadi lebih baik, bukan sekedar genit dengan "rahsa" menyesal atau pun ber-asyik dengan kenangan saja; dan (2) semangat menyambung hati dengan silaturahiem seperti yang Allah perintahkan, bukan ajang saling berbangga diri, saling mencela dan merendahkan, insya Allah akan membuka pintu rezeki, kasih sayang dan keberkahan kita. Amien...
Wallohu a'lam
[beberapa komentar tentang Reuni coba aku tampung/kliping di sini http://arisankata.blogspot.com/2010/09/versi-di-status-putu-baca-status-teman2.html]
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Akhirnya buku "percakapan tentang rindu dan waktu" tiba di rumah, siap dikirim buat teman-teman yang sudah pra pesan. Seneng rasan...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
"Pagi gelap, seakan matahari telat terbit padahal ia hanya sembunyi di balik mendung; walau gelap, orang2 tetap bergerak cepat, jd inga...
-
Mau tahu seperti apa siang ini menyapa? Ia dan matahari tenang, angin sopan membelai, dan aroma tanah basah harum menyeruak ke pangkal hidun...
Senang sekali bisa membaca artikel Mas Putu. Bahasanya yg santun dan mudah dicerna :)
BalasHapusSaya tahu dari Delvi bahwa Mas Putu adalah seorang Blogger :)
haha, saya juga senang mas Irfan mampir di "rumah putu"; delfi cerita mas Irfan lebih bloger lagi dari saya... hehehe... salam kenal!
BalasHapusNumpang lewat dulu ya Mbah Putu, belum siap mampir....
BalasHapusbelum mampir kok dah ikut komen... hahai
BalasHapus