Selasa, 07 September 2010

Marotibul Fikri..

Ini adalah tulisan seputar "cara pandang" kita terhadap sesuatu.

Latar belakangnya adalah bahwa: cara yang salah dalam memandang sesuatu bisa jadi mengubah arah dan tujuan sesuatu itu dilakukan. Contoh yang terfikirkan olehku saat ini adalah: cara pandang kita terhadap politik dan dakwah.

hmm... ini menjadi tema yang sensitif. Hehe, jadi khawatir aku terjebak pada percakapan batin yang keliru, namun ini juga bagian pemikiran yang telah melalui proses endapan dalam hati; jadi rasanya sudah siap di-dhahirkan dalam satu tulisan.

Dalam khasanah berfikir khas "tarbiyah", bahwa politik adalah bagian dari cara dakwah. Artinya, aktifitas politik adalah salah satu sarana yang dapat kita pilih sebagai salah satu cara ber-dakwah. Karena dakwah dalam pengertian yang luas adalah langkah beranjak dari "kegelapan" ke terangnya "cahaya"; dari kemiskinan ke kesejahteraan; dari kebodohan menuju ke masyarakat yang cerdas; dari kebiadaban menuju ke keberadaban... dan sebagainya.

Maka politik menjadi langkah yang sangat masuk akal, karena dengan aktifitas politik-lah kemiskinan itu dapat ditumpas, kebodohan itu dapat dilawan, dan kebiadaban bangsa itu dapat dilenyapkan; diganti dengan kesejahteraan, kecerdasan, dan keberadaban.

Aktifitas para pekerja dakwah yang juga aktifis politik, sering kali teruji dalam satu kondisi yang terdistorsi dalam dua sisi ini [politik dan dakwah]. Idealnya sih tidak ada masalah; kalau memang dapat kita dudukan secara proporsional. Namun kenyataannya, ada masalah di sini. Buktinya, banyak kesalahan-kesalahan informasi, berkembang biaknya sangkaan di antara sesama pekerja dakwah.

Penulis tidak ingin terjebak pada sekedar men-diskripsikan masalah ini, tanpa memberikan satu solusi, hingga yang terjadi justru... tulisan ini menimbulkan masalah-masalah baru. Na'udzubillahi min dzalik...

Bisa jadi, akar masalahnya adalah tidak tertibnya rukun berfikir kita [boleh dibaca: marotibul fikri]. Untuk kasus di atas, tertib berfikirnya adalah sebagai berikut: bahwa dakwah adalah tujuan, dan aktifitas politik adalah sarana yang dipilih. Konsentrasi kita pada tujuan kita, yaitu Dakwah. Ini adalah niat, motivasi, juga narasi besar kita dalam segala aktifitas kebaikan yang akan kita lakukan. Sedangkan aktifitas politik adalah salah satu sarana yang kita pilih. Fokus pada kata "sarana"; politik adalah sekedar sarana. Sehingga, cara berfikir kita inilah yang mewarnai seluruh aktifitas dakwah kita, juga aktifitas politik kita [jika diperkenankan dua hal ini dijadikan satu "dikotomi"].

Apa yang perlu dilakukan? Kita perlu lakukan "evaluasi", terhadap seluruh aktifitas kebaikan kita. Sudahkah sesuai dengan marotibul fikri kita? Jangan-jangan kita sudah terjebak; secara teori kita katakan bahwa kita sedang berdakwah lewat politik, namun dalam gerak hati kita, bergumam dengan mantab bahwa: ini adalah langkah-langkah politik kita melalui jalan dakwah yang telah kita pilih. Khawatir saja, ternyata telah lahir cita-cita baru dalam dada ini, mimpi-mimpi baru, tujuan-tujuan baru... untuk sekedar sukses di kancah politik ini...

Cara pandang kita terhadap dua hal ini [politik dan dakwah] terkesan sederhana saja, namun hati-hati... salah meletakkan tata urutannya, bisa mengubah secara drastis arah perjuangan kita; dan yang lebih mengerikan adalah terurainya jalinan ukhuwah yang selama ini begitu kokoh dan disegani oleh seluruh penduduk bumi ini...

Wallohu a'lam.

4 komentar:

  1. ijin share ya pak.memang indah bila berpolitik adalah sarana dakwah mengantar manusia dari gelap menuju terang.dan bukan dakwah yg menjadi sarana politik.saya sendiri mikir,bahwa seharusnya politik yg berasal dari policy (kebijakan)harusnya bersifat bijak,memberi aturan yg bijak-dengan maksud masyarakat teratur menjadi masyarakat madani-bukannya menjadi sesuatu yg kotor dan keruh yg menghalalkan segala cara dalam berpolitik.sehingga orang cenderung terjebak dalam kata2/pikiran bahwa politik itu kotor.
    anik nuraeni

    BalasHapus
  2. pak Dwi, Jazakalloh...

    Anonymous, hehe.. ini jeng Anik kan? Silahkan saja. Seharusnya memang demikian, ketika menganggap Dakwah adalah jalan hidup, maka semuanya ada dalam kerangka itu... termasuk di dalamnya politik.
    Politik sering dibilang kotor, padahal sebenarnya justru tugas kita membersihkannya, bukan malah semakin memperkeruh. Jazakillah.

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

Akhirnya buku "percakapan tentang rindu dan waktu" tiba di rumah, siap dikirim buat teman-teman yang sudah pra pesan. Seneng rasan...