Minggu, 05 September 2010

Islam itu egaliter

Mengapa perselisihan antar kelas selalu saja terjadi?

Buruh-buruh miskin berdemo menggugat para orang-orang kaya; dari jaman renaisance sampai hari ini; bahkan di negeri kita sudah terjadi berulang kali, amuk masa berbuat kerusuhan nasional. Pejararahan menjadi ajang discount 100% di mall-mall yang akhirnya dibakar... Mereka seakan marah terhadap kemapanan, marah dan benci terhadap kesejahteraan segelintir orang. Padahal, mereka pun sebenarnya mau jika diberikan kekayaan yang sama... entahlah! dari sebelah mana kita uraiakan benang kusut ini.

Permasalahan ini sudah sering dibahas oleh para pakar. Bahkan ide-ide bertabrakan, Kapitalisme dilawan dengan Sosialisme. Tapi keduanya masih berdasarkan pada paham "materialisme"...

Padahal inilah masalahnya, kita tidak menggunakan sudut pandang yang benar dalam menyikapi perbedaan kelas. Teringat penggalan ayat di surah Al-Hujurat ayat 13: "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal."

Penekanannya pada "Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu" ukurannya adalah ketakwaan saja, bukan pangkat, harta, atau darah bangsawan... Islam begitu egaliter.

Nilai egaliternya Islam ini sekarang hanya menjadi materi-materi ceramah para muajih/ustadz, tidak menjadi nilai yang mengejawantah di tengah masyarakat. Terbukti betapa kita pun ikut terbawa, menilai sesuatu itu berdasar ukuran-ukuran duniawi... dan menyebalkannya lagi, kita sering berdalih ini adalah hal yang manusiawi...

Padahal, sejatinya... nilai-nilai inilah yang diusung Islam ketika turun di tanah arab waktu itu. Dan para pembesar Quraisy itu menentang Islam terlebih pada ketakutan mereka bahwa nanti setelah Islam menjadi agama Bangsa Arab, mereka akan kehilangan kemuliaannya.

Saatnya kembali berbenah, kembalikan nilai-nilai egaliternya Islam ini dalam kehidupan sehari-hari kita.

Sering-seringlah kita gumamkan dalam hati kita: "Inna akromakum 'indallahi atqokum" agar nilai itu ter-internalisasi dalam hati kita, dan kita bisa memandang apa pun di muka bumi ini dengan ukuran yang memang Allah ijinkan. Bukan dengan ukuran duniawi yang "cemen" itu.

Wallouhu a'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...