angin laut menderu, seperti dahulu
seperti gelora dalam dada dahulu
ketika kita berlarian
seakan mentari senja mengejar
padahal kita-lah yang berlarian menuju mentari
seperti tawa kita yang dahulu
seperti kekecewaan itu
seperti angan-angan yang dengan enggan terbangun
dahulu
namun tetap saja
waktu mengubah sekarang menjadi lampau
mimpi menjadi kenangan
seperti kita dan ombak dahulu
seakan hari ini, jadi ombak dan kita,
dan anak-anak kita
tentu saja berbeda
dan sungguh, itu adalah peran waktu
juga cinta,
juga tadkhiah
yang lahir jadi pondasi hari
hingga berlalu-lah gelora-gelombang itu
dan riak-riak itu adalah cemeti
bergoyang hantam karang
namun tetap saja
cinta
atas nama cinta
segala berawal
segala diakhiri.
karena kata adalah awal dunia; butuh ruang untuk memelihara "kata" sejak ada di "pikiran", "lisan", bahkan "tulisan".
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Buku MADILOG, Materialisme, Dialektika dan Logika adalah buku karya Tan Malaka yang kaya. Berisi banyak pengetahuan. Tak kebayang buku ini...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
Pertama menukil dari surat Kartini, tanggal 15 Agustus 1902, kepada Estelle Zeehandelaar: " Kami berhak untuk tidak menjadi bodoh.. ...
-
Mau tahu seperti apa siang ini menyapa? Ia dan matahari tenang, angin sopan membelai, dan aroma tanah basah harum menyeruak ke pangkal hidun...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar