para pejalan malam bergegas ke atas bukit
bersenandung bait bait mimpi
berbekal sekantung doa dan air mata
mana makna mana makna
para pejalan malam menebar kata kata di sepanjang lini usia
seperti benih tersemaikan
menjadi lintas pikir ide dan gagas
menggumpal jadi niat lalu tekad
para pejalan malam merapal mantra cinta
lalu wajah wajah dan lambaian tangan mengiringi
walau ada aral iri juga dengki
pula jebakan angkuh dan kesombongan
para pejalan malam berhenti di puncak bukit
menatap rembulan yang pucat
membiarkan bulir bulir keringat yang menetes
tak semua sanggup kita ingat
tak semua mampu kita pahat jadi kenangan
berguguranlah di tanah basah
senyum hangat dan lekat tatap
genggam juga rengkuh
luruh saja di tanah basah bersemak perdu.
tapi yakinlah itu tak sia sia
Bekasi, 20/07/2019
Poetoe
karena kata adalah awal dunia; butuh ruang untuk memelihara "kata" sejak ada di "pikiran", "lisan", bahkan "tulisan".
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Buku MADILOG, Materialisme, Dialektika dan Logika adalah buku karya Tan Malaka yang kaya. Berisi banyak pengetahuan. Tak kebayang buku ini...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
Pertama menukil dari surat Kartini, tanggal 15 Agustus 1902, kepada Estelle Zeehandelaar: " Kami berhak untuk tidak menjadi bodoh.. ...
-
Mau tahu seperti apa siang ini menyapa? Ia dan matahari tenang, angin sopan membelai, dan aroma tanah basah harum menyeruak ke pangkal hidun...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar