Jumat, 14 November 2014

cawan Otak

Mungkin isi cawan otak kita adalah larutan ingatan, sedikit bercampur dengan pekatnya kenangan, dan di dasarnya ada endapan keyakinan. Mungkin hari-hari yang kita lalui itulah larutan yang mendominasi. Sehingga ketika sesaat terpejam saja, semua seperti terputar ulang. Fragmen yang jelas, dengan detail kejadian yang tertata. Bagaimana bisa melupakannya?

Namun dalam cawan itu juga ada proses yang harus terjadi. Menjadi seperti adukan dalam secangkir kopi. Ia mengaduk-aduk ingatan. Mencampurnya dengan ramuan logika, bumbu akal sehat, dan tentu nurani. Walau akan ada rasa yang lahir tanpa permisi. Serupa rindu, atau sayang yang aneh. Terkadang rasa itulah yang menggangu akal sehat dan pertimbangan logika.

Bagaimana menyelamatkan ego kita dalam lautan diri yang terkadang penuh badai? Ego terhempas dalam tarikan hasrat dan kendali diri. Sesaat kendali lepas, maka bahtera ego terbanting-banting. Sesaat kembali terjaga, namun arah bahtera seringkali terlanjur terjauhkan dari tujuan.

Kita dan waktu memang terkadang saling menyerang. Memanfaatkan kesempatan, atau justru kesempatan yang menyempitkan kita. Kita bisa saja terpenjara tanpa punya daya melepaskan dari jeratan hasrat. Dan waktu juga kesempatanlah yang mungkin akan kita persalahkan. Entahlah.

Dan jika masih boleh berharap, biarlah senja yang langitnya melogam itu yang kita nikmati. Dan kita tenggelam dalam bincang yang bernas. Pekat oleh makna. Dan detik demi detik tak kita sia-sia kan.

Seperti doa para pendahulu kita, maka doaku.... semoga yang tersisa adalah genangan berkah, dan taufik juga hidayah-Nya melengkapi hidup kita.

Aamiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...