Jumat, 24 Oktober 2014

15 tahun kita di awal tahun 1436 hijriyah

Hidup memang perjalanan. Skemanya sederhana. Dari satu titik ke titik yang lain. Muda lalu tua, kuat lalu melemah, senggang lalu sibuk, hidup lalu mati....

Dan penilaian atas kualitas hidup itu pada prosesnya. Dengan apa kita mengisinya, begitu juga dengan cara bagaimana. Perubahan adalah keniscayaan, tinggal bagaimana kita berubah, dan berubah menjadi apa itu masalahnya. Kesalahan menentukan arah dan cara meraihnya itu bisa menjerumuskan kita dalam duka yang berkepanjangan.

Pesan ini sebenarnya terbaca dalam kisah perjalanan Hijrah Nabi SAW. Alasan hijrah adalah pertahankan eksistensi dakwah, pemilihan kota tujuan adalah berdasar pada pertimbangan panjang dan petunjuk dari Tuhannya. Juga cara berhijrah dengan strategi yang matang. Banyak ibroh dari kisah ini.

Demikian halnya perjalanan pernikahan kita. Usia pernikahan yang ke-15 ini bertepatan dengan 1 Muharom, tahun baru hijriyah. Pernikahan adalah perjalanan. Proses interaksi yang berkelanjutan. Menjadi pasangan hidupmu itu adalah anugrah yang selalu aku syukuri di setiap hari. Bagaimana tidak, jika sampai dengan saat ini aku tak menemukan satu pun alasan untuk mengatakan "sebel" atas apapun yang kau lakukan. Caramu membuatku bahagia demikian tertata dan terencana. Aku sangat menikmatinya.

Namun rasa syukur memilikimu, menimbulkan kekhawatiranku tak dapat membalasnya dengan sepadan. Aku sering tak peka membaca gerak hatimu, sehingga melukaimu tanpa kusengaja. Juga banyak hal yang menjadi harapanmu untukku belum dapat aku lakukan. Hiks....

Padahal 15 tahun, bukanlah waktu yang sebentar. Semestinya buku tentangmu sudah kukhatamkan berulang kali.

Dan di pernikahan ke-15 ini, usiaku jelang ke-40, batas usia penting dalam kehidupan manusia. Mestinya ini usia kematangan, saat yang menentukan. Kesalahan di tahun-tahun ini bisa sangat menentukan di sisa umurku nanti. Karena di usia ini, karakter seseorang sudah semakin sulit untuk diubah.

Dik, hari ini, aku mengucapkan terima kasih yang mendalam atas pelayanan dan perhatian yang luar biasa darimu. Namun di hari ini juga, aku harus mengakui demikian banyak kesalahan dalam menjalani peranku sebagai suami, sebagai kepala keluarga, sebagai imam-mu, karena itu... maafkan aku, sungguh pemberian maafmu aku butuhkan, untuk menjadi energi perbaikan. Harapanku: 15 tahun pernikahan ini, juga 40 tahun hidupku ini menjadi titik tolak perubahan untuk menjadi suami, kepala keluarga, ayah, dan manusia yang lebih baik. Maafkan aku, dik.

25 Oktober 2014- 1 Muharom 1436

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...