Minggu, 02 Januari 2011

Masih tentang tertib berfikir (marotibul fikri 2)

Awalnya ini terfikir saat mendengar lagu "kupu2 malamnya" titiek puspa, nada dan liriknya indah. Tapi jika kita cermati, terasa ada kesalahan dalam tertib berfikirnya. Diceritakan ttg derita seorang pelacur. Betapa ia dicaci dan dicela. Pada akhir lagu disampaikan semua itu dengan dalih "menyambung nyawa"... Kayaknya sih memang biasa saja... Tapi apa ya boleh seperti itu? logika yang kita pakai, kita harus bebaskan dulu dari miskin dan rasa lapar, baru bicarakan "iman". Lho, padahal betapa banyak sahabat rosul dulu yg demikian miskin namun tetap teguh memegang keyakinan mereka. Bilal bin rabbah misalnya, dia seorang budak yg itu berarti seorang yg ada dalam puncak kemiskinan, karena bahkan dirinya pun tidak dia miliki. Namun ia teguh menjaga keimanannya....

Mungkin, kita harus mendudukan masalah2 sosial kita dg cara pandang seperti ini: mulailah dengan iman, baru kita melangkah menyelesaikannya. Karena dalam Islam telah banyak disediakan sarana2 penyelesaian masalah2 sosial. Mekanisme zakat, infaq, shodaqoh dan wakaf misalnya. Jadi jangan dibaca terbalik, kenyang dulu baru bicara iman. Yg lebih parah, seringkali ada yg bilang: "jangankan yang halal, yang haram aja susah dapatnya"

wallohu a'lam.

Pantai bulakan, awal 2011.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...