Rabu, 28 April 2010

mencari tahu apa itu "bosan"


Seorang teman menulis kata "boseeen" di statusnya. Ketika aku tanya "kenapa tuh?". Dia jawab, bosen dengan keadaan di sini...

Percakapan yang biasa-biasa saja. Tapi jadi terfikir, bosan itu memang hal yang menyebalkan. Sesuatu yang menyebalkan yang bisa saja kita alami. Jika demikian, kenapa tidak kita cari tahu apa sebenarnya "bosan" itu, sehingga kita bisa mengantisipasinya. Kesannya sepele, tapi bayangkan kalau bosan itu dirasakan untuk hal-hal yang pokok. Bosan terhadap tugas-tugas penting kita. Contoh, seorang suami yang tiba-tiba bosan pergi bekerja, atau sebaliknya istri yang tiba-tiba bosan mengurus anak. Atau seorang kiper yang bosan menangkap bola... atau seorang manusia yang bosan bernafas.. wah bahaya kan?

Saat pulang kantor bersama istri tadi, sempat aku tanyakan ke dia, sebenarnya apa sih bosan itu? ada beberapa kata yang melatarbelakangi kata bosan; ada "keadaan yang berulang","monoton", "keadaan yang tidak menyenangkan", "sesuatu yang tidak menarik".

Awalnya mungkin memang karena sesuatu itu terulang berkali kali. Namun itu saja tidak cukup, karena sesuatu yang berulang, jika didukung suasana hati yang menyenangkan tentu menjadi tidak masalah.

Jika selalu terulang, dan mungkin juga tidak menarik... masih bisa juga tidak menimbulkan kebosanan, jika saat sesuatu itu ditinggalkan, ada hal yang sangat tidak menyenangkan; sehingga perulangan itu menjadi satu keniscayaan untuk menghindari suasana yang tidak menyenangkan itu. "bernafas" misalnya.

Menghubungkan kata "terulang" dan "menyenangkan" itu ada ritme. Yaitu irama hidup. Irama inilah yang menyebabkan satu lagu menjadi indah, perulangan itu justru menjadi tempat buat nada untuk ber-improvisasi. Jika hidup kita membosankan maka saatnya kita bangun kembali irama hidup kita. Kita mungkin bisa belajar dari bunyi drum, suara bas, dan hentakan perkusi... karena merekalah yang menjaga irama dalam satu lagu. Para penjaga irama lagu itu biasanya tidak suka menonjol, walau begitu sesekali mereka harus berani ber-improvisasi, melompat "sedikit" dari tatanan normal. Tidak untuk beranjak meninggalkan, hanya sekedar memberi warna yang berbeda.

Irama dalam menjaga hidup kita dari kata bosan, sering kali terdistorsi seiring berjalannya waktu. Perlahan-lahan keindahan irama yang kita mainkan menjadi sumbang, karena pengulangan itu bertubi-tubi menggilas kita.

Teringat firman Alloh dalam surat Al-Insyiroh ayat 7-8: "maka apabila telah selesai dari satu urusan, lanjutkan dengan bekerja keras untuk urusan yang lain; dan hanya kepada Tuhanmu-lah engkau berharap". Dalam memainkan ritme itu kita tidak boleh berhenti, seperti riak ombak yang konstan memukul pantai, berlapis-lapis... satu kembali ke laut, disusul yang lain datang berdebur....

Dan yang lebih indah adalah, pada ayat ke-8; diingatkan bahwa hanya kepada Alloh-lah kita berharap. Ini adalah resep menghindari kebosanan, lakukan terus menerus dan serahkan harapan hanya kepada Alloh.

Wallohu a'lam.

2 komentar:

  1. Betul, mas. Saya pernah baca salah satu cara menggores warna dalam rutinitas yaitu berpura-pura bahagia. Seperti tulisan berjudul "Fake Happy Employee ini":

    http://leojuliawan.com/?p=3469

    BalasHapus
  2. Dari Lantai 4 di Gatsu, terima kasih.... komentar seperti ini sangat membantu kami dalam "pengayaan" bahan...

    sering2 mampir ya, lantai 4 Gatsu kan nggak jauh dari sini. hehehehe

    BalasHapus

 Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...