saat lelah kita butuh istirah
beban kita letakkan; pasrah
mata pejam endapkan percikan pikiran,
serpihan gelisah,
remah-remah resah
waktu memperkuda kita
memaksa kita menarik pedati nasib
berputaran, tawa lalu tangis, senyum lalu sedih, suka lalu luka, pesta lalu nestapa
kulit lembut wangi bayi itu mendewasa, perlahan mengisut, keriput
tulang-tulang merapuh, tubuh membungkuk
benak menjadi bejana ingatan yang berlubang di dasarnya, menetes lah kenangan itu di sepanjang usia
tersisa hanya pesan cinta pada entah siapa.
tersadar
memang tak banyak yang kita miliki
mungkin hanya kata-kata pengakuan yang terselamatkan dalam genggam catatan di akhir setiap nafas yang terhembus
demikianlah cara takdir menyapa
demikianlah cara dunia bercanda.
Muntilan, 5 November 2019
Poetoe
Minggu, 17 November 2019
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
BAB 1 CAHAYA (Hari ke-1) Kebenaran sebagai Aksioma, Kebenaran seperti a ksioma, merupakan sebuah pernyataan yang sudah pasti kebenaran...
-
rantai langkah gontai kata memaknai detik dengan arti mata menangkap singkap rahasia jelang mati sejak lahir berani ada dalam...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar