hidup ditarik pedati usia, terseret ke tanah-tanah sepi, jalanan yang tak kita kenal
ada kebimbangan, ada kegamangan
banyak yang tak termengerti
peta ini tak semua terbaca dengan benar
selalu ada kejutan, selalu ada yang baru
usia terus saja bertambah
warna-warna membercak di lini masa
cinta diam-diam
rindu mempesona bertaburan pesan-pesan yang tak terbaca
kita menua bersama
langkah kaki yang tersaruk-saruk
langkah hati yang memeluk peluk
jam dinding dingin menyimpan ingin
hanya getar bibir meminta
harap yang senyap
harap yang merayap rayap
hanya harap
tak berani menyata
kita menua juga akhirnya
walau darah muda kita tumpahkan
walau hasrat belia dahsyat meledak-ledak
kolam bergemericak
menyimpan kengerian
bersiap menenggelamkan
bersiap menggugurkan
yang tersisa hanya tanah basah
jalanan kota tua
arloji yang tak kalah tua
juga sepeda
menemani di temaram senja yang sama sejak muda dulu.
Pancoran Tugu, 11/10/2019
Poetoe
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
BAB 1 CAHAYA (Hari ke-1) Kebenaran sebagai Aksioma, Kebenaran seperti a ksioma, merupakan sebuah pernyataan yang sudah pasti kebenaran...
-
Belajar beberapa hal di beberapa hari ini. Tentang perencanaan yang matang atas segala sesuatu, bahkan gerak hati. Hehe.. aneh memang, gerak...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar