Kamis, 29 September 2016

Sadar Tua

Mungkin karena usia, aku menjadi lebih serius menikmati setiap rasa sakit dalam tubuh. Seperti nyeri dalam lambung, kesemutan di kaki yang seperti riak gelombang, menampar nampar lembut. Atau sakit kepala yang terlahir karena nahan kantuk, denyut kepala yang kadang perih namun indah sebagai komposisi hari.

Di bis, penuh, tak ada kursi kosong, aku putuskan duduk di lantai. Nikmati kelelahan kaki menahan tubuh aku pindahkan ke panasnya pantat nikmati deru mesin dan kesemutan pada kakiku yang terlipat lama.

Kombinasinya menjadi semakin menarik, karena dalam duduk di lantai itu aku jadi sempat membaca. Jadi nutrisi sel sel kelabu benakku tercukupi.

Ups... Semakin banyak penumpang berdesakan berdiri di sekitarku, sampai ada uang dua ribuan jatuh mengenaiku. Sudah aku putuskan kembali berdiri.

Selamat pagi. Bernas pagiku.

Alhamdulillah....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...