Mungkin bahagia itu bersembunyi pada ketidakterlaluan. Karena saat terlalu kita nikmati pasti ada kepedihan yang bersiap menyerang kita. Seperti pesan langit, untuk jangan terlalu mencinta karena bisa jadi yang kau cintai itu buruk untukmu; demikian juga jangan terlalu membenci karena bisa jadi yang kau benci itu baik untukmu.
Dalam praktiknya ini tak mudah. Tetap saja untuk lebih menikmati kita butuh susana yang ekstrim. Seperti alunan chorus dalam lagu yang biasanya gunakan nada yang sangat berbeda, kontras dan tajam.
Rasanya umur juga yang akhirnya mengajari, bahwa tetap paling nyaman nikmati apapun itu pada batasan ketidakterlaluan. Semenjana. Jalani hari dengan tenang, miskin oleh gejolak. Seperti berjalan di kurva ekuilibrium, hasil tarikan dari dua sumbu yang bertentangan. Lebih seru, karena dalam kendali dua tarikan itu lebih terasa posisi hati kita. Jika pun ada gejolak, semoga gejolak itu gejolak yang telah terprediksi dengan rapi.
Demikianlah, yang aku pelajari hari ini. Saat mengemudi keluar kota, bermain dengan irama gas dan rem, juga selalu pertimbangkan kecepatan dan kekuatan mataku untuk tetap tak terpejam. Semenjana. Berusaha tetap dalam ketidakterlaluan.
poetoe, bekasi - bumiayu, 10 Oktober 2015.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
BAB 1 CAHAYA (Hari ke-1) Kebenaran sebagai Aksioma, Kebenaran seperti a ksioma, merupakan sebuah pernyataan yang sudah pasti kebenaran...
-
Belajar beberapa hal di beberapa hari ini. Tentang perencanaan yang matang atas segala sesuatu, bahkan gerak hati. Hehe.. aneh memang, gerak...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar