Enam belas tahun bersamamu, adalah masa pembelajaran yang indah. Aku membacamu kau membacaku. Nilai kita mungkin berbeda, kurasa kau lebih unggul, karena berhasil mengertiku dengan baik. Justru aku yang masih terbata-bata mengeja tentangmu. Padahal bukan karena kau rumit, melainkan aku yang tak cukup kesungguhan. Maafkan aku.
Enam belas tahun, aku bertekad lebih serius belajar. Jika ini bangku sekolah, bukankah kita sudah sepantasnya lulus sarjana?
Padahal semestinya mudah, karena kau telah contohkan, seperti saat betapa jelinya kau membaca rahangku yang sedikit mengeras, lalu kau usap punggungku dan bertanya "ada apa?" Kau memang tak pernah memberi aku ruang untuk sekedar menyimpan rasa sebel untukmu. Tak pernah terbersit, karena hari-hari yang terlalui hanyalah rangkaian perhatian, ekspresi sayang, dan pemakluman atas keliruku.
Enam belas tahun, aku hanya bisa ungkapkan betapa syukur ku telah memilikimu, dan terima kasih atas hari-hari indah ini.
Poetoe, 25 Oktober 2015.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
BAB 1 CAHAYA (Hari ke-1) Kebenaran sebagai Aksioma, Kebenaran seperti a ksioma, merupakan sebuah pernyataan yang sudah pasti kebenaran...
-
Belajar beberapa hal di beberapa hari ini. Tentang perencanaan yang matang atas segala sesuatu, bahkan gerak hati. Hehe.. aneh memang, gerak...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar