Rabu, 15 April 2015

lautan ketidaktahuan 2

Seperti seorang nelayan.
Hanya bisa memandang lautan pengetahuan sebatas mata memandang..tetapi hanya setitik dari lautan yg sangat luas dimana dia tambatkan jaringnya..

Ketidaktahuan adalah lautan yang luasnya tak terhingga
Pengetahuan adalah ikan yang hanya ada di sekitarnya
Pemahaman adalah jaringnya
Keyakinan adalah bahteranya..

Bayangkan jika perahu tradisional nelayan itu diganti kapal yang lebih besar dengan perlengkapan lengkap dan super canggih...
Tentunya bentangan jaring akan lebih luas
Ikan-ikan lebih mudah dijaring
Daya pandang menjadi lebih luas walaupun tidak akan sampai ke ujung batas lautan yang luasnya tak terbatas...

Lalu sudahkah kita perhitungkan faktor-faktor atau variabel-variabel diluar dari pengetahuan, pemahaman dan keyakinan yang masih masuk dalam ketidaktahuan?
Seperti ombak kehidupan yang mampu mengombang ambing sebuah bahtera, angin yang siap mengoyak layar kebesaran...badai lautan ganas yang sewaktu waktu bisa menelan bahtera dan menenggelamkannya hingga ke dasar lautan..
Atau bisa jadi semua faktor tersebut yang menempa sebuah bahtera menjadi lebih kuat dan tangguh...

Ketakutan terlahir dari ketidaktahuan. Seperti anak yang takut akan gelap karena dalam gelap pengetahuan atas ruang yang ia pijak sangat terbatas.

Sebaliknya, keberanian lahir dari pengetahuan. Seolah suluh yang menyala, setiap langkah kaki menjadi yakin karena ia mengetahui apa yang terjadi. Mungkin juga karena ia tahu seberapa risiko dan terukur semua potensinya.

Demikianlah pula nelayan yang berani menerjang ombak lalui lautan ketidaktahuan itu.... setiap riak air yang ditembus buritan kapal itu menjadi tersibaknya ketidaktahuan oleh pengetahuan..... ilmu yang menerangi.

Ketidaktahuanku tentangmu pun kegelapanku. Aku ingin terus menelusurimu. Setiap jengkalmu.... setiap perubahan ekspresimu, setiap gelegak rasamu.

Karena keberanianku menembus gelapmu adalah suluh pengetahuanku tentangmu....

Meski sesekali kakiku terperosok dalam lubang jalan, meski sesekali dahiku terantuk atap gua karena demikian gelapnya..... namun sesaat kemudian kornea mataku segera beradaptasi dalam gelapmu.

Luka tak mengapa, karena itu harga untukku mengerti tentangmu.

Maafkan aku, terlampau lambat belajar tentangmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...