Lalu kata atau parang tak jauh beda
Terayun saja membelah jiwa
Berdalih kesadaran menginjak injak nyata dengan duga
Mati saja masih lebih beruntung, dari tersanyat ngilu….
Memanjang di koridor jiwa
Rebahlah saja
Dan rerumputan menghutan
Embun terhirup
Asap, dan teriakan-teriakan anjing
Menguasai segenap sejarah
Jika pedang di tangan, maka pendekar selalu saja merasa lebih
kuasa
Menebas ke sisi mana pun
Seolah tak tersisa hak hidup atas lawan
Yang Nampak lawan hanyalah seoonggok daging di kios
daging
Yang memang pantas dipotong-potong
Jika kau merayap di rerumputan.
Maka rasakan bumi memelukmu
Dan angin lebih lembut membelai
Biarkan saja
Saat ada yang meludahi
Karena kenyataan indahnya dunia di bawah sana teramat
sangat…..
Tak sepadan dengan kehinaan yang mereka tuangkan
Merayaplah saja
Merayaplah terus
Cacing tanah adalah merdeka
Jikapun akhirnya … ada roda yang melindas tubuh
Itu hanya masalah nyawa
Meregang sesaat, toh saat mati selesailah sudah
Maka, jangan ragu, merayaplah saja
Hirup sebanyak mungkin kenangan
Penuhi dada dengannya
Ia menjadi energi dahsyat
Dan kerikil yang meluka seluruh tubuh
Adalah iringan music perih
Jika tak dinikmati, maka sedih sekali komposisi ini..
…….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar