Membaca berita politik belakangan ini terbaca begitu banyak masalah, tumpang tindih. Dan yang menyedihkan adalah jarak antara rakyat
dan penguasa yang demikian jauh, kami menyebutnya jurang ketidakpercayaan.
Berawal dari jurang ini segala kerusuhan dimulai; demo, korup,
penggusuran, laporan dusta, dsb.
Dan yang dapat menghubungkan jurang
ketidakpercayaan itu adalah komunikasi yang efektif antara penguasa dan
rakyat. Penguasa yang welas asih dan penuh perhatian terhadap kepentingan
rakyat, dan rakyat yang penuh prasangka baik terhadap penguasa. "Tsiqoh
mutabadilah"
Dan ketulusan adalah pondasi penting dalam
kepemimpinan, tanpa itu ia hanya topeng tanpa nyawa. Semestinya partai
politik membangun sistem yang mampu memelihara ketulusan itu tetap ada
dalam hati para kadernya saat mereka memimpin.
Ketulusan memang tak terbaca secara dhahir,
namun tanda-tandanya ada. Seperti saat dalam bis kota sesak penumpang, dan
ada percikan api di dalamnya, apa yang dia lakukan? Apakah ia sibuk
menyelamatkan yang lemah, atau sibuk selamatkan diri? Juga saat hujan
deras dan rawan banjir, apakah ia tertidur pulas atau resah khawatirkan
tetangganya yang mungkin kena banjir?
Entahlah.....
Selasa, 11 Desember 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
BAB 1 CAHAYA (Hari ke-1) Kebenaran sebagai Aksioma, Kebenaran seperti a ksioma, merupakan sebuah pernyataan yang sudah pasti kebenaran...
-
Belajar beberapa hal di beberapa hari ini. Tentang perencanaan yang matang atas segala sesuatu, bahkan gerak hati. Hehe.. aneh memang, gerak...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar