Membaca berita politik belakangan ini terbaca begitu banyak masalah, tumpang tindih. Dan yang menyedihkan adalah jarak antara rakyat
dan penguasa yang demikian jauh, kami menyebutnya jurang ketidakpercayaan.
Berawal dari jurang ini segala kerusuhan dimulai; demo, korup,
penggusuran, laporan dusta, dsb.
Dan yang dapat menghubungkan jurang
ketidakpercayaan itu adalah komunikasi yang efektif antara penguasa dan
rakyat. Penguasa yang welas asih dan penuh perhatian terhadap kepentingan
rakyat, dan rakyat yang penuh prasangka baik terhadap penguasa. "Tsiqoh
mutabadilah"
Dan ketulusan adalah pondasi penting dalam
kepemimpinan, tanpa itu ia hanya topeng tanpa nyawa. Semestinya partai
politik membangun sistem yang mampu memelihara ketulusan itu tetap ada
dalam hati para kadernya saat mereka memimpin.
Ketulusan memang tak terbaca secara dhahir,
namun tanda-tandanya ada. Seperti saat dalam bis kota sesak penumpang, dan
ada percikan api di dalamnya, apa yang dia lakukan? Apakah ia sibuk
menyelamatkan yang lemah, atau sibuk selamatkan diri? Juga saat hujan
deras dan rawan banjir, apakah ia tertidur pulas atau resah khawatirkan
tetangganya yang mungkin kena banjir?
Entahlah.....
karena kata adalah awal dunia; butuh ruang untuk memelihara "kata" sejak ada di "pikiran", "lisan", bahkan "tulisan".
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Buku MADILOG, Materialisme, Dialektika dan Logika adalah buku karya Tan Malaka yang kaya. Berisi banyak pengetahuan. Tak kebayang buku ini...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
Pertama menukil dari surat Kartini, tanggal 15 Agustus 1902, kepada Estelle Zeehandelaar: " Kami berhak untuk tidak menjadi bodoh.. ...
-
Mau tahu seperti apa siang ini menyapa? Ia dan matahari tenang, angin sopan membelai, dan aroma tanah basah harum menyeruak ke pangkal hidun...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar