Senin, 15 Agustus 2011

instan

Budaya instan sepertinya sudah merasuki di hampir semua sisi hidup kita. Dari makanan instan, kebahagiaan instan, kaya instan, karya instan, termasuk membangun performance.... Idealnya performance itu lahir dari kapasitas diri yang memang memadai. Kini justru terbalik, Perfomance dimanipulasi untuk menutupi kekurangan dalam kapasitas diri. Pura-pura berubah menjadi strategi marketing, dusta menjadi samar dalam kemasan basa basi.

Bahkan para politikus terbawa latah budaya "facebook", menjadi narsis dalam spanduk-spanduk, juga dalam iklan-iklan di media. Berebutan jabatan dengan dalih panggilan tugas.

2 komentar:

  1. Bang,coba ntar pas mudik itungin baliho atow papan di pinggir jalan yg nampangin poto2 orang alay itu..
    pasti jari jemari kita gak akan cukup...

    BalasHapus
  2. haha... betul, sampai jari kaki aku pakai.. masih gak cukup. Semoga bangsa ini lekas "dewasa"...

    BalasHapus

 Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...