Budaya instan sepertinya sudah merasuki di hampir semua sisi hidup kita. Dari makanan instan, kebahagiaan instan, kaya instan, karya instan, termasuk membangun performance.... Idealnya performance itu lahir dari kapasitas diri yang memang memadai. Kini justru terbalik, Perfomance dimanipulasi untuk menutupi kekurangan dalam kapasitas diri. Pura-pura berubah menjadi strategi marketing, dusta menjadi samar dalam kemasan basa basi.
Bahkan para politikus terbawa latah budaya "facebook", menjadi narsis dalam spanduk-spanduk, juga dalam iklan-iklan di media. Berebutan jabatan dengan dalih panggilan tugas.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
BAB 1 CAHAYA (Hari ke-1) Kebenaran sebagai Aksioma, Kebenaran seperti a ksioma, merupakan sebuah pernyataan yang sudah pasti kebenaran...
-
kau lihatlah dari sini, dari sisi langit agar luas bumi tersekap utuh di retina mata dan tak lagi ada masalah sulit hanya tersisa remah r...
Bang,coba ntar pas mudik itungin baliho atow papan di pinggir jalan yg nampangin poto2 orang alay itu..
BalasHapuspasti jari jemari kita gak akan cukup...
haha... betul, sampai jari kaki aku pakai.. masih gak cukup. Semoga bangsa ini lekas "dewasa"...
BalasHapus