lama2 bahaya juga membaca novel ini...
pijakan berfikirnya aneh, sedikit lemah;
terlebih ketika ada beberapa pandangan yang seakan-akan justru mencari dalil pembenaran terhadap kelestarian tradisi-tradisi "syirik" dalam masyarakat jawa...
bagaimana pandangan si Suhubudi yang menggunakan bilangan berbasis 12, bukan bilangan yang berbasis 10, lalu angka nol yang dituduh sebagai sebab menggeser peran nol yang dulu sebagai tanda, yang metafor, puitis... menjadi angka yang kaku dan matematis; dan penemu angka nol itu adalah ilmuwan Muslim, Al-Khuwarizmi....
yang tertangkap oleh nalar-ku justru, penulis ingin memberikan dalih bahwa Islam adalah agama yang "kaku"
Spontan akal sehat-ku berdalih, bahwa bukan seperti itu yang terjadi...
justru Islam datang sebagai penjelas "cara berfikir" kita... menjadi gamblang...
keyakinan itu tidak boleh ngambang
kebijaksanaan itu dibangun dari kedewasaan, bukan cara berfikir yang kekanak-kanakan... dengan menikmati "kegenitan" logika dan filsafat, membuat pengertian nihil, tiada, kosong, atau mungkin nol... menjadi hal yang ganjil dan tidak terdifinisi....
wallohua'lam...
karena kata adalah awal dunia; butuh ruang untuk memelihara "kata" sejak ada di "pikiran", "lisan", bahkan "tulisan".
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Buku MADILOG, Materialisme, Dialektika dan Logika adalah buku karya Tan Malaka yang kaya. Berisi banyak pengetahuan. Tak kebayang buku ini...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
Pertama menukil dari surat Kartini, tanggal 15 Agustus 1902, kepada Estelle Zeehandelaar: " Kami berhak untuk tidak menjadi bodoh.. ...
-
Mau tahu seperti apa siang ini menyapa? Ia dan matahari tenang, angin sopan membelai, dan aroma tanah basah harum menyeruak ke pangkal hidun...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar