Jumat, 06 Januari 2017

Idealis.

Skema pertarungan di dunia ini memang sederhana, kebenaran lawan kebathilan, malaikat lawan setan.

Manusia di antara dua pihak itu, terkadang terlempar dalam dosa bersama syetan, terkadang dalam ketenangan berselimut petunjuk dan hidayah-Nya dijaga malaikat.

Pagi dalam gemetar dosa, siang duduk di shaf terdepan tergugu sesal dalam rapal doa dan istighfar. Begitulah, seperti nada yang meliuk tajam dalam ruas birama.

Seperti siang yang terik, dan memesan menu makan siang yang bukan karena lezatnya rasa makanan, namun lebih karena semangat berbagi. Dan perbincangan kita tentang kemenangan ideologi yang tetap berusaha bertahan dalam badai pragmatis dan oportunis.

Bagaimana mengalahkan kebodohan itu dengan keyakinan, bagaimana mengalahkan kemiskinan itu dengan keyakinan. Bahkan saat akhirnya kita dianggap bodoh dan gila oleh sekitar kita.

Idealisme selalu saja memukau, kekuatan cinta atas keyakinan yang mengalahkan ketakutan atas monster dunia yang sejatinya ilusi.

Siang, kita, Dia, terik matahari, dan binar mata yang aku tahu ada air mata yang tertahan.

Indonesia Raya, Awal tahun 2017
Poetoe.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...