Saat posting di sosmed diatur lebih ketat, maka postingan
galau akan penuhi timeline. Karena dia yang lahir dari pencitraan itu mulai
takut di rimba pertempurannya sendiri.
Sudah diduga, bola bekel itu memantul saat berbentur. Sibuk dandan pakai topeng, ya akhirnya bingung dengan topengnya sendiri.
Seperti kalimatmu dulu, kenapa tak jadi diri sendiri? Mungkin saja aku suka wajah aselimu. (Dalam hati bergumam: mungkin juga tidak).
Ternyata kuncinya pada orientasi. Selama sekedar dunyawi, maka berpura pura itu senjatanya. Khas dunia yang fana, seperti nenek yang bersolek.
Lalu jalani hidup dengan berharap tetap dalam nalar. Rajin mencubit pipi sendiri. Takut hanyut oleh informasi yang pekat persepsi basa basi.
Bayangkan betapa pekat belukar ini, karena pendusta demikian dominan. Jika tak berasa dusta pun, ternyata tetap saja ada yang disembunyikan.
Bekasi, 29/11/2016
Poetoe.
Kamis, 15 Desember 2016
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
BAB 1 CAHAYA (Hari ke-1) Kebenaran sebagai Aksioma, Kebenaran seperti a ksioma, merupakan sebuah pernyataan yang sudah pasti kebenaran...
-
Belajar beberapa hal di beberapa hari ini. Tentang perencanaan yang matang atas segala sesuatu, bahkan gerak hati. Hehe.. aneh memang, gerak...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar