Jika cerdas itu kecepatan untuk memahami sesuatu, maka tersadar aku tak cukup cerdas.
Karena demikian panjang waktu belajarku, untuk sekedar memahami makna satu kata "cukup".
Butuh perjalanan yang melelahkan, hingga beberapa topeng harus ku kenakan, beberapa teori aku kumpulkan lalu formulanya aku coba namun akhirnya tetap saja aku nafikan.
Demikian, kata "cukup" itu aku pahami, lalu aku bisikkan berulang ulang. Karena takut aku terlupa untuk hentikan langkah di saat yang tepat.
Dulu kupikir bergerak adalah hal tersulit, karena butuh terbantainya kemalasan di tepi jendela jiwa. Ternyata berhenti itu lebih sulit. Ada keengganan, bayangan kerinduan, ketakutan akan sunyi, dan banyak hal lain.
Apapun, aku tetap coba berhenti. Saat ini.
Bekasi, tengah malam 18/01/2017
Poetoe
karena kata adalah awal dunia; butuh ruang untuk memelihara "kata" sejak ada di "pikiran", "lisan", bahkan "tulisan".
Selasa, 17 Januari 2017
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Buku MADILOG, Materialisme, Dialektika dan Logika adalah buku karya Tan Malaka yang kaya. Berisi banyak pengetahuan. Tak kebayang buku ini...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
Pertama menukil dari surat Kartini, tanggal 15 Agustus 1902, kepada Estelle Zeehandelaar: " Kami berhak untuk tidak menjadi bodoh.. ...
-
Mau tahu seperti apa siang ini menyapa? Ia dan matahari tenang, angin sopan membelai, dan aroma tanah basah harum menyeruak ke pangkal hidun...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar