Jumat, 16 Juli 2010

Dayang Sumbi dan Roro Jonggrang di suatu pagi





"Pagi gelap, seakan matahari telat terbit padahal ia hanya sembunyi di balik mendung; walau gelap, orang2 tetap bergerak cepat, jd ingat bagaimana dayang sumbi kalahkan sangkuriang, memutar balik hubungan casualitas, aktivitas pagi kita pengaruhi kokok ayam bahkan fajar terbit lebih dini...."


Itu tadi adalah status-ku di FB. Kata seorang teman, kok "gak nyambung". Bener sih... ini memang sekedar catatanku setelah berlarian mengejar omprengan. Yang terfikir olehku kok malah Dayang sumbi-Sangkuriang atau Roro Jonggrang-Bandung Bondowoso. Kenapa?

Karena di dua kisah itu, Dayang Sumbi dan Roro Jonggrang sama-sama ingin mempercepat pagi dengan melakukan aktivitas pagi lebih dini, dan akhirnya ayam jantan berkokok, dan fajar pun terbit. Kan aneh, karena yang sebenarnya terjadi itu sebaliknya. Fajar terbit, ayam jantan berkokok, barulah kita mulai aktivitas pagi.....

Hehehe... semakin nggak jelas ya. Ini memang sekedar apa "yang terfikir" di suatu pagi. Antara waktu, matahari, jarum jam di alroji kita, dan aktivitas kita.... jika ternyata Matahari memang bergerak lebih lambat, akankah kita salahkan jarum jam kita atau gerak mataharinya? Lalu kapan sebenarnya jam 7.30 pagi itu? karena matahari atau jarum jam kita? Atau jangan2 ada Roro Jonggrang dan Dayang Sumbi di suatu tempat... dan dia berusaha mempercepat datangnya pagi....

[catatan ngaco, dari seorang pegawai; yang akhirnya telat datang ke kantor, sama telatnya dengan sinar matahari yang tertahan mendung tebal menggantung]

2 komentar:

 Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...