Selasa, 08 September 2009

musim badai

musim badai, banyak sampan terhempas....
aku ingin sampan kita selamat;
karenanya ijinkan hari ini,
aku kembali mencintamu sebagai mana mula-mula kita bertemu,
hingga makin kokoh tautan ini.
ketika tatap mata sederhana menjadi luar biasa,
ketika senyuman bisa hentikan detik berdetak....

ayo, terus kita kayuh dayung ini,
lalui samaudra ini dengan hati terikat pasti

2 komentar:

  1. mas, ni sang istri dah tau belum?
    bagaimana klo puisi ini mas putu tulis di secarik kertas, setelah itu letakkan di meja deket sang istri tidur ato di tempat dimana ketika istri bangun bisa langsung melihat sambil dikasih mawar diatasnya...ehm....mungkin akan lebih merekah kembali cinta mas putu dan istri...karena cinta tak hanya sekedar dirasa, namun ia juga perlu terucap dengan kata dan perbuatan. (usul mas, maklum kalangan akdemisi....)

    ^_^

    BalasHapus
  2. hahaha... udah tahu kok; kan dipublish dalam rangka agar dia tahu.

    usulnya keren tuh,
    lain waktu aku tulis puisi baru, dan setanggkai bunga.

    semoga cepet bisa praktekkan ilmu2nya. Amien...

    BalasHapus

Akhirnya buku "percakapan tentang rindu dan waktu" tiba di rumah, siap dikirim buat teman-teman yang sudah pra pesan. Seneng rasan...