Satu hal yang saya pelajari setelah sekian lama berkecimpung dalam "ikatan" ini, adalah bagaimana tetap menjaga ritme dakwah, aktivitas kita kadang terpancing untuk "habis-habisan" dalam bertadkhiah, namun tanpa kesiapan hati untuk tetap terus bertahan dalam ritme yang stabil, menjadi tidak efektif, karena pergerakan kita pada satu hari akan berhenti, kehabisan energi, sementara kita belum siapkan gelombang baru untuk menggantikan kita.
Keluarga; adalah muayyid pokok dalam memback up aktivitas kita, sehingga jika kita tidak pandai memenej energi kita untuk membina mereka, bisa jadi suatu hari nanti, justru aktivitas kita terhalang oleh mereka.
Irama butuh pemimpin, dan kita lah pemimpin terbaik bagi konser diri kita. Jadilah imam untuk mereka, imam yg tidak otoriter,mau mendengar, melayani, mengantisipasi masalah-masalah yang mungkin timbul, mengelola gejolak-gejolak, merubahnya menjadi riak-riak kecil yang indah.
irama membutuhkan konsistensi, dan konsistensi tersebut dijaga dengan amaliyat harian kita.
dan Cinta, adalah improvisasi dalam gubahan lagu kita. mencintai istri, anak-anak kita, adalah energi ghaib yang mendorong kita untuk terus bersabar dalam komitmen terhadap kerja dakwah ini.
karena kata adalah awal dunia; butuh ruang untuk memelihara "kata" sejak ada di "pikiran", "lisan", bahkan "tulisan".
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Buku MADILOG, Materialisme, Dialektika dan Logika adalah buku karya Tan Malaka yang kaya. Berisi banyak pengetahuan. Tak kebayang buku ini...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
Pertama menukil dari surat Kartini, tanggal 15 Agustus 1902, kepada Estelle Zeehandelaar: " Kami berhak untuk tidak menjadi bodoh.. ...
-
Mau tahu seperti apa siang ini menyapa? Ia dan matahari tenang, angin sopan membelai, dan aroma tanah basah harum menyeruak ke pangkal hidun...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar