Kamis, 22 Mei 2008

fi sabili da'watina

Satu hal yg saya pelajari setelah sekian lama berkecimpung dalam "ikatan" ini, adalah bagaimana tetap menjaga ritme dakwah, aktivitas kita kadang terpancing untuk "habis2an" dalam bertadkhiah, namun tanpa kesiapan hati untuk tetap terus bertahan dalam ritme yang stabil... menjadi tidak efektif, karena pergerakan kita pada satu hari akan berhenti, kehabisan energi, sementara kita belum siapkan gelombang baru untuk menggantikan kita.

Keluarga; adalah muayyid pokok dalam memback up aktivitas kita, sehingga jika kita tidak pandai memenej energi kita untuk membina mereka, bisa jadi suatu hari nanti, justru aktivitas kita terhalang oleh mereka.

Irama butuh pemimpin, dan kitalah pemimpin terbaik bagi konser diri kita. Jadilah imam untuk mereka, imam yg tidak otoriter,mau mendengar, melayani, mengantisipasi masalah2 yg mungkin timbul.... mengelola gejolak2, merubahnya menjadi riak2 kecil yg indah.

irama membutuhkan konsistensi, dan konsistensi tersebut dijaga dengan amaliyat harian kita.

dan Cinta, adalah improvisasi dalam gubahan lagu kita. mencintai istri, anak2 kita, adalah energi ghaib yg mendorong kita untuk terus bersabar dalam komitmen terhadap kerja dakwah ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...