Kamis, 22 Mei 2008

Surat untuk isteriku…

Sudah cukup lama, kita tidak ngobrol. Dengan dalih masih banyak urusan, aku lebih sering menggunakan rumah kita hanya sebagai tempat istirahat. Tidak lebih. Tempat capek, ngantuk, pegel-pegel. Energi-ku banyak terbuang di luar rumah. Walhasil, berbincang secara pribadi denganmu menjadi barang langka.

Aku memang harus banyak belajar. Belajar bagaimana membuat rumah tetap menjadi surga untuk-mu, dan juga surga untuk anak-anak. Selama ini, memang sudah menjadi surga untuk-ku, karena aku memang sudah cukup dimanjakan oleh-mu, Haya, bahkan Bunga. Tapi sudahkah menjadi surga untuk-mu???

Juga belajar bagaimana membuat cinta menjadi lebih implementatif, belajar menghargai simbol-simbol kasih sayang, yang selama ini sering aku abaikan (bingkisan ulang tahun, ajakan makan siang bareng, hadiah2 kejutan,….) –dengan dalih mendesakralisasikan simbol-simbol itu dalam kehidupan kita, aku memang sengaja mengabaikan semua itu.Belakangan aku sadari, bahwa simbol itu tetap penting dalam mengusung nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Maaf ya….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...