Mengerutkan kening, di tepi sungai belakang rumah. Saat terik menggaruk
ubun ubun. Ada kegaduhan logika, saat sebagian terseluruhkan, emosi
terkadang menutup ruang. Seolah hanya salah saja.
Adil ternyata tak mudah. Bahkan pada diri.
Dan riak air yang aku nikmati, iramanya selaras dengan debur jantungku. Debaran yang terpicu oleh larutan kopi hitam segelas penuh.
Aku mengerti jika ingin selamat dari labirin logika ini, aku harus semenjana. Memberi ruang yang memadai atas keyakinan dan keberpasrahan.
Muntilan, 4/4/2017
Poetoe
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
BAB 1 CAHAYA (Hari ke-1) Kebenaran sebagai Aksioma, Kebenaran seperti a ksioma, merupakan sebuah pernyataan yang sudah pasti kebenaran...
-
rantai langkah gontai kata memaknai detik dengan arti mata menangkap singkap rahasia jelang mati sejak lahir berani ada dalam...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar