Dan kau tahu, bagaimana semua itu tercatat dengan caranya masing-masing.
Seperti suasana tengah malam di stasiun, dengan iringan lagu lama, yang mampu endapkan semua galau jadi kenangan.
Juga laju kereta yang datang dan pergi, atas mula sapa kenal itu toh pada akhirnya adalah jabat tangan berpisah.
Biarkan saja wajah tertampar sejenak angin malam, dan aroma kota tua penuhi rongga hidung, toh pada akhirnya gerbong kereta itu lanjutkan perjalanan.
Pada diam apalah yang bisa kita harapkan, karena hidup bagaimanapun juga harus bergerak.
Dan anak itu berkata entah kepada siapa, saat kereta mulai bergerak, "selamat jalan kereta". Padahal ia sendiri ada di dalamnya.
Siapa berjalan dan kemana.
Stasiun Purwokerto, 4/3/2017. Tengah malam.
Poetoe.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
BAB 1 CAHAYA (Hari ke-1) Kebenaran sebagai Aksioma, Kebenaran seperti a ksioma, merupakan sebuah pernyataan yang sudah pasti kebenaran...
-
rantai langkah gontai kata memaknai detik dengan arti mata menangkap singkap rahasia jelang mati sejak lahir berani ada dalam...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar