Saat posting di sosmed diatur lebih ketat, maka postingan
galau akan penuhi timeline. Karena dia yang lahir dari pencitraan itu mulai
takut di rimba pertempurannya sendiri.
Sudah diduga, bola bekel itu memantul saat berbentur. Sibuk dandan pakai topeng, ya akhirnya bingung dengan topengnya sendiri.
Seperti kalimatmu dulu, kenapa tak jadi diri sendiri? Mungkin saja aku suka wajah aselimu. (Dalam hati bergumam: mungkin juga tidak).
Ternyata kuncinya pada orientasi. Selama sekedar dunyawi, maka berpura pura itu senjatanya. Khas dunia yang fana, seperti nenek yang bersolek.
Lalu jalani hidup dengan berharap tetap dalam nalar. Rajin mencubit pipi sendiri. Takut hanyut oleh informasi yang pekat persepsi basa basi.
Bayangkan betapa pekat belukar ini, karena pendusta demikian dominan. Jika tak berasa dusta pun, ternyata tetap saja ada yang disembunyikan.
Bekasi, 29/11/2016
Poetoe.
karena kata adalah awal dunia; butuh ruang untuk memelihara "kata" sejak ada di "pikiran", "lisan", bahkan "tulisan".
Kamis, 15 Desember 2016
memang tak layak
Demikianlah....
semua tiba-tiba rumit
seperti tak cukup energi untuk mengetuk pintu
harus menunduk dalam
terlalu berat langkah lama menghalangi
tersadar yang lambat
bahwa hati teramat lemah
masih demikian ingat,
wajahmu saat gumamkan kalimat
"Salah pilih aku"
Dan siang itu hanya diam
memang tak layak
memang tak layak.
Sudahlah.
Bumyagara, 29/11/2016
Poetoe.
semua tiba-tiba rumit
seperti tak cukup energi untuk mengetuk pintu
harus menunduk dalam
terlalu berat langkah lama menghalangi
tersadar yang lambat
bahwa hati teramat lemah
masih demikian ingat,
wajahmu saat gumamkan kalimat
"Salah pilih aku"
Dan siang itu hanya diam
memang tak layak
memang tak layak.
Sudahlah.
Bumyagara, 29/11/2016
Poetoe.
Ujian
Pada akhirnya semua akan diuji. Juga atas rasa. Ujian berkesinambungan. Kita akan liat hasilnya di ujung nanti.
Seperti rasa cinta yang mula-mula. Berawal dari sekedar ingin menguasai, lalu diuji oleh kegagalan, berubahlah ia menjadi serupa energi untuk melindungi, juga semangat untuk berbagi.
Apakah kita akan lulus? Atau harus mengulang, atau justru gagal? Dan terpental kita dalam sesal. Lihat saja nanti.
Jakarta-jogja 26/11/2016
Poetoe.
Seperti rasa cinta yang mula-mula. Berawal dari sekedar ingin menguasai, lalu diuji oleh kegagalan, berubahlah ia menjadi serupa energi untuk melindungi, juga semangat untuk berbagi.
Apakah kita akan lulus? Atau harus mengulang, atau justru gagal? Dan terpental kita dalam sesal. Lihat saja nanti.
Jakarta-jogja 26/11/2016
Poetoe.
Langganan:
Postingan (Atom)
Buku MADILOG, Materialisme, Dialektika dan Logika adalah buku karya Tan Malaka yang kaya. Berisi banyak pengetahuan. Tak kebayang buku ini...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
Pertama menukil dari surat Kartini, tanggal 15 Agustus 1902, kepada Estelle Zeehandelaar: " Kami berhak untuk tidak menjadi bodoh.. ...
-
Mau tahu seperti apa siang ini menyapa? Ia dan matahari tenang, angin sopan membelai, dan aroma tanah basah harum menyeruak ke pangkal hidun...