Selasa, 23 Maret 2010

tentang Otak kita...

Ada tiga hal dalam mendayagunakan otak kita,

1. Menggunakannya untuk berfikir, mengingat, mempelajari atau memahami sesuatu; ini memang sudah menjadi tugas dasar otak. Setiap kita pasti melakukan hal ini dalam menjalani kehidupan kita.

2. Membangun metodologi berfikir yang tepat, artinya kita tidak sekedar menggunakan otak kita, melainkan juga memikirkan pemeliharaannya. Kita siapkan cara berfikir yang efektif; hal ini menjadi kebutuhan penting kita, karena keterbatasan waktu yang kita miliki juga keterbatasan kemampuan kerja otak kita yang tidak sebanding dengan tugas dan amanah yang kita emban; kita butuh strategi dalam berfikir.

3. Mempunyai niat sebagai motivasi berfikir yang benar; dua hal di atas menjadi tidak berarti, ketika kita tidak memiliki niat atau motivasi yang benar dalam berfikir. Hal ini membutuhkan cara-cara tertentu yang dapat mengingatkan kembali akan niat kita, karena secara fitrah kita memiliki kecenderungan untuk menggeser niat....

Dengan menjalani ketiga hal tersebut di atas, kita bisa melaksanakan salah satu tugas Ilahiy, yaitu "mensyukuri nikmat Otak" atau lebih tepatnya "akal", karena "akal" adalah "otak" dan "hati"; dan "akal" pula-lah yang menjadi pembeda antara kita (manusia) dengan binatang. Wallohu a'lam.

Senin, 22 Maret 2010

benda, mata kita, atau mesin dalam otak kita?

Berbincang bersama istri, dalam perjalanan pulang kantor; saat langit senja memerah indahnya luar biasa. "Dik, sebenarnya indah itu ada di langit atau di mata kita?"
"Ya, di langit lah..."
"tapi tanpa mata, manalah ada keindahan itu?"
"atau... jangan-jangan keindahan itu bukan di langit, bukan pula di mata kita; namun ada di otak kita..."
"bukankah pengertian kata indah itu ada dalam otak kita? gambaran langit senja yang ditangkap oleh retina mata kita, tidaklah akan disebut indah, jika tidak ada pemahaman yang lahir dari pengalaman otak kita akan pengertian kata 'indah'. entahlah"

Jumat, 12 Maret 2010

melawan Buto Cakil dengan cara sitemik...

" ternyata, banyak Buto Cakil yang petakilan membangun kemarahan yang sistemik; saatnya rapatkan barisan, jalankan titah Gusti Alloh dengan analisa dan rencana yang matang.... selamatkan ummat ini dari keterpurukan peradaban..."

Membaca berita belakangan ini, jadi "gemes". Rasanya ada pihak yang "bermain" (kata teori konspirasi begitu), mereka sengaja mengelola emosi kita, agar terpancing melakukan tindakan-tindakan yang sesuai dengan apa yang mereka mau. Kemarahan yang sistemik, kadang tanpa sadar kita menjadi bagian dari batu bata dalam bangunan kemarahan kolektif itu. Mereka rapih. Terstruktur. Sebagian dari mereka berperan menjadi komentator, sebagian lagi menjadi aparat keamanan yang overacting, sebagian lagi menjadi provokator (juru teriak di setiap demonstrasi), sebagian lagi menjadi politikus, sebagain lagi menjadi presenter, moderator di acara talkshow di tipi-tipi; atau bahkan ada yang sekedar rajin upload status di facebook, terkesan iseng, padahal terpola; dia publikasikan ide-ide provokatif, isu perusak barisan ummat.

Duh, kok aku jadi paranoid ya...
Jadi penuh prasangka, entahlah... memang prasangka dengan waspada itu tipis jaraknya.

Namun, jika prasangka itu menjadi alasan untuk merapikan barisan... aku fikir tidak ada salahnya. Menjadi pemicu kita untuk lebih rinci melakukan perencanaan, dan rapih dalam struktur jama'ah. Pembagian tugas yang jelas, dan selalu optimalisasi potensi semata untuk membangun kekuatan bangunan dakwah. Dari pendidikan anak, komunikasi anggota keluarga, jalinan persaudaraan antar tetangga, ikatan antar jama'ah masjid, bila perlu ada kurikulum yang disepakati di masing-masing majelis taklim... sampai pada dakwah politik, komunikasi yang intens antar kelompok pejuang dakwah, agar perjuangan tidak parsial namun terintegrasi....

Ada jalinan yang kokoh, antara politikus (dakwah politik), pengusaha (dakwah ekonomi), selebritis (dakwahtainment), pekerja seni (dakwah budaya), praktisi pendidikan (dakwah pendidikan), facebooker-twiter-bloger (dakwah media), dan lain sebagianya...

Berharap semua ranah publik, semua sektor kehidupan... menjadi bagian dari wilayah kerja dakwah kita. Wallohua'lam!

 Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...