Rabu, 22 Desember 2010

sakit jiwa-ku


Entahlah, ini jenis sakit apa....

yang jelas, saat kantuk datang secara akut.... aku kehilangan nyaris separuh akal sehat-ku. Bagaimana tidak, saat berbincang kalimat yang muncul tidak sesuai dengan yang aku orderkan dari otak... yang terfikir dalam otak pun tidak termenej dengan benar, kadang tumpang tindih; dan anehnya yang sering muncul adalah kata tanya... sampai kepala berdenyut tidak karuan, karena berjejalan kalimat tanya, tanpa sempat aku jawab satu demi satu.

Ini sangat menyiksa. Langkah yang biasa aku tempuh, adalah meletakkan kepala ke bantal, mata terpejam, mencoba terlelap... walaupun jarang bisa berhasil. Otak tidak mau berhenti bekerja. Hiks...

Dalam kondisi seperti ini, saat ini, aku mencoba bertahan. Bahkan tidak sekedar bertahan, aku mencoba berfikir tentang "kenapa" ini terjadi?
ada beberapa kemungkinan:
1. Luka secara fisik dalam rongga kepala-ku, atau syarafku... [serem nih... semoga sih tidak]
2. Luka psikologis, masa lalu yang memerikan bekas sayatan dalam jiwa yang menyebabkan ketidakstabilan emosi.
3. Ada jarak antara harapan dan kemampuan. Ada keyakinan yang terbangun dalam hati, sebuah ukuran2 yang ideal untuk seorang "putu"; padahal yang terjadi, jauh arang dari api.... lalu lahirlah kecewa; kecewa itu berkumpul menjadi mimpi buruk, menjadi luka psikologis dalam jiwa....
hiks...

Entahlah, mana yang benar....

namun malam ini, aku bertekad untuk mencari tahu, dan mencari resep untuk mengobatinya... Ini sangat mengganggu. Hiks....
Rasanya kemungkinan yang ketiga yang cukup kuat. Ekspektasi-ku terhadap diriku mungkin memang berlebihan. Seperti beberapa kata yang katanya kau benci untuk aku ucapkan: "aku tidak boleh sakit, aku tidak boleh bodoh, aku tidak boleh lemah..." Kata-kata motivasi yang mungkin menjadi negatif ketika yang terbangun justru ekspektasi yang berlebihan terhadap diri ini.

Wallohu a'lam.

2 komentar:

  1. ya ampun...sampe segitu ya.tadinya sih pas baca judulnya aja mo komen becanda "sakit gila nomor 37"kayak tulisan andrea hirata.tapi ternyata kok tulisannya serius.syafakallah pak putu,mugi enggal dangan.sampaikanlah harapan hanya pada Allah,jangan pada mahluk,meski pada diri sendiri.maaf ya pak.saya kok jadi kayak nasehatin,itu bukan nasehat lho pak.i'm not wiser than u,surely.:D

    BalasHapus
  2. mungkin ini sangat terlambat untuk menjawab komentar jeng Anik, yang jelas terima kasih banget.... memang benar, harusnya aku lebih "semeleh", letakkan harapan pada Alloh.
    Tentang saling menasehati, rasanya memang harusnya begitu... jangan takut-takut untuk merasa menasehati; aku seneng banget dinasehati, jadi merasa dicintai. ;)

    BalasHapus

Akhirnya buku "percakapan tentang rindu dan waktu" tiba di rumah, siap dikirim buat teman-teman yang sudah pra pesan. Seneng rasan...