"Syuro" adalah satu sarana yang membuat jama'ah ini menjadi lebih indah; di dalamnya kami dapat berbincang dari hati ke hati, dengan niat yang lurus, dengan dasar pemikiran yang logis-rapih-terarah-terukur.
Kami saling membuka diri, namun tetap waspada dari kepentingan-kepentingan yang sifatnya pribadi, langkah yang infirodiy (single fighter); kami berangkat dari kesadaran yang sama, bahwa kami adalah satu tubuh; dalam pengambilan keputusan, kami selalu pertimbangkan latar belakang, orientasi, dan tujuan kami bersama secara utuh.
Dalam diskusi, atau bahkan debat (jidal) tak lupa kami beri bumbu "cinta"; kata-kata yang digunakan adalah kata-kata yang mewakili rasa sayang, rasa kepedulian kami kepada sesama. Sehingga ketika keputusan diambil, yang muncul dalam dada adalah perasaan lega, walaupun pada awalnya tidak sejalan dengan pendapat kita.... perasaan lega ini lahir karena pikiran yang terbuka, hati yang menerima, dan jiwa yang mantap sepakat bahwa keputusan syuro ini adalah keputusan terbaik yang memang Alloh tetapkan untuk kita.
Berbekal perasaan lega dalam menerima putusan syuro inilah, kami bersama ber-azam (bertekad) untuk melaksanakan keputusan syuro tersebut dengan segenap jiwa dan raga.
karena kata adalah awal dunia; butuh ruang untuk memelihara "kata" sejak ada di "pikiran", "lisan", bahkan "tulisan".
Senin, 15 Desember 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Buku MADILOG, Materialisme, Dialektika dan Logika adalah buku karya Tan Malaka yang kaya. Berisi banyak pengetahuan. Tak kebayang buku ini...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
Pertama menukil dari surat Kartini, tanggal 15 Agustus 1902, kepada Estelle Zeehandelaar: " Kami berhak untuk tidak menjadi bodoh.. ...
-
Mau tahu seperti apa siang ini menyapa? Ia dan matahari tenang, angin sopan membelai, dan aroma tanah basah harum menyeruak ke pangkal hidun...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar