Dan para pemegang modal semakin norak genggam kendali kuasa.
Rakyat diinjak tanpa ampun. Mereka pongah karena sok kaya, bahkan membeli citra
penguasa yang kenakan bedak populis dan pencitraan seolah berhala, dipuja puja,
bahkan dengan ritual anti pencitraan. Keikhlasan dipoles di pipi, menjadi bahan
tertawaan anak-anak yang masih cerdas hati, dan unggas pun tertawa
berguling-guling.
Kenakalan hasrat berkuasa semakin membabi buta, mengubah
berita menjadi cerita, menyihir fakta menjadi tak nyata, anggapan menjadi
kebenaran. Dengan menjejal-jejalkan dusta ke liang telinga, kata menyihir akal
sehat menjadi sakit , manusia biasa yang doyan berita murah itu menjadi pasukan
tanpa hati. Berbaris kehilangan makna. Yang sadar tercecer dalam air mata ...mereka
bagikan jutaan topeng sengkuni, untuk tutupi sembab air mata nurani juga hati yang
mulai membusuk. ...mau marah saja kini malu. Karena alasan sudah menjadi anak
sah pasukan seribu muka. Kejujuran menjadi hening yang fals dalam orkestra jiwa
...hanya Punakawan yang ditunggu, petakilan kumandangkan tawa. Walau sumbang
tetap saja, karena ini energi yang tersisa ...Semar jalan geyal geyol. Mukanya
ambigu antara senyum atau menangis, ia simbol iman. Tempat bersandar saat letih
hati ...Gareng jalan pincang, ingatkan kita yang pasti cacat saat abaikan gerak
hati demi dengkinya ambisi. ...Petruk dan Bagong tertawa tawa sambil asyik
update status dan ngetuit ttg negeri yg menanam ironi, ttg ngeri yg penuhi
nurani. ...sepi pun basi, sunyi pun tak bernyali. Karena kebenaran jamuran saat
tak lagi ada yang berani perdengarkan lagi ...bernyanyilah terus, berteriak
lantang sajalah. Bunuh takutmu dengan simpan rapat-rapat dalam jeruji hatimu,
kunci lalu buang kuncinya #ndalangMalam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar