Kamis, 20 Juni 2013

Kumandangkan Kebenaran [nDalang Malam]



Dan para pemegang modal semakin norak genggam kendali kuasa. Rakyat diinjak tanpa ampun. Mereka pongah karena sok kaya, bahkan membeli citra penguasa yang kenakan bedak populis dan pencitraan seolah berhala, dipuja puja, bahkan dengan ritual anti pencitraan. Keikhlasan dipoles di pipi, menjadi bahan tertawaan anak-anak yang masih cerdas hati, dan unggas pun tertawa berguling-guling.

Kenakalan hasrat berkuasa semakin membabi buta, mengubah berita menjadi cerita, menyihir fakta menjadi tak nyata, anggapan menjadi kebenaran. Dengan menjejal-jejalkan dusta ke liang telinga, kata menyihir akal sehat menjadi sakit , manusia biasa yang doyan berita murah itu menjadi pasukan tanpa hati. Berbaris kehilangan makna. Yang sadar tercecer dalam air mata ...mereka bagikan jutaan topeng sengkuni, untuk tutupi sembab air mata nurani juga hati yang mulai membusuk. ...mau marah saja kini malu. Karena alasan sudah menjadi anak sah pasukan seribu muka. Kejujuran menjadi hening yang fals dalam orkestra jiwa 

...hanya Punakawan yang ditunggu, petakilan kumandangkan tawa. Walau sumbang tetap saja, karena ini energi yang tersisa ...Semar jalan geyal geyol. Mukanya ambigu antara senyum atau menangis, ia simbol iman. Tempat bersandar saat letih hati ...Gareng jalan pincang, ingatkan kita yang pasti cacat saat abaikan gerak hati demi dengkinya ambisi. ...Petruk dan Bagong tertawa tawa sambil asyik update status dan ngetuit ttg negeri yg menanam ironi, ttg ngeri yg penuhi nurani. ...sepi pun basi, sunyi pun tak bernyali. Karena kebenaran jamuran saat tak lagi ada yang berani perdengarkan lagi ...bernyanyilah terus, berteriak lantang sajalah. Bunuh takutmu dengan simpan rapat-rapat dalam jeruji hatimu, kunci lalu buang kuncinya #ndalangMalam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...