Kami berkumpul di meja makan. Tidak sekedar menikmati hidangan. Karena kami berbincang. Perbincangan itu nutrisi hati. Seperti salah satu bagian dari kurikulum kami, aku gunakan saat ini untuk mempresentasikan hasil endapanku semalam. Tentang bagaimana dosa itu terulang dan terulang lagi. Bahkan saat nalar yang memimpin pun tetap saja dosa itu terulang dan terulang.
Aku butuh peran hati, sebagai sarana meringankan beban. Cara pandang yang sakti, yang dapat mengubah siksa menjadi nikmat, mengubah rintangan menjadi tantangan. Kuncinya adalah hati.
Entahlah, aku hanya sekedar presentasikan endapan pemikiranku semalam, sepertinya belum utuh, mungkin aku butuh mengulanginya lagi nanti malam. Seperti tinggal kelas, aku harus belajar ulang tentang materi ini. Hati, nalar dan dosa.
waroeng mbak Noor, 20/04/2016
poetoe
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
BAB 1 CAHAYA (Hari ke-1) Kebenaran sebagai Aksioma, Kebenaran seperti a ksioma, merupakan sebuah pernyataan yang sudah pasti kebenaran...
-
kau lihatlah dari sini, dari sisi langit agar luas bumi tersekap utuh di retina mata dan tak lagi ada masalah sulit hanya tersisa remah r...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar