seberapa sanggup kau menahan badai kesunyian
tiba-tiba ketiadaan mengurungmu
nihil yang sempurna
seberapa mampu kau menangkis serangan tangis
tiba-tiba kedukaan menyerbumu
tragis yang sempurna
seberapa kau akan memaknai bisu dan bungkam
tiba-tiba kebenaran enggan lagi disuarakan
kepengecutan yang paripurna
satu-satu jadi bukti
yang berani lalu mati
yang gigih lalu tertindih
yang kokoh pun lalu rontok
seberapa indah kematian yang kau pilih
akhir nafas tanpa gamang dan ragu
atau sekarat lama dan perlahan karena kepura-puraan yang mengekal?
Bekasi, 06112018
Poetoe
Minggu, 30 Desember 2018
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
BAB 1 CAHAYA (Hari ke-1) Kebenaran sebagai Aksioma, Kebenaran seperti a ksioma, merupakan sebuah pernyataan yang sudah pasti kebenaran...
-
Belajar beberapa hal di beberapa hari ini. Tentang perencanaan yang matang atas segala sesuatu, bahkan gerak hati. Hehe.. aneh memang, gerak...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar