Bagaimana tidak jika setiap kejanggalan menjadi kelucuan.... dan sengkuni pun kenakan topeng badutnya. Aib menjadi nada dasar, serupa nada minor yang kuasai lagu jiwa kita... bagaimana bisa kita tidak tertawa? ...dan permusuhan kita pada kesedihan tak berlangsung lama, karena kini sedih pun menjadi alasan kita untuk tertawa. ...lalu kita ada di persimpangan makna, karena tawa kita menangis atau karena sedih kita tertawa?
Sementara mereka mencandai kebenaran dengan menebar dusta sekehendak hati. Mereka tentu saja tertawa dan pastilah nurani menangis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar